Sabtu, 22 Juli 2017

Perempuan yang butuh kepastian

Situasi macam apa ini?
Serba salah disetiap celahnya.
Apa pantas jika disebut teman saja?
Dan apa lebih pantas jika disebut lebih?

Selama ini tak pernah ada ikatan lebih.
Namun, mengapa kamu memperlakukanku layaknya lebih dari seorang teman?
Mengapa kamu memberi harapan, serta membuatku nyaman?

Dengan semua hal yang dilalui layaknya kebih dari seorang teman.
Masih pantaskan jika hanya disebut teman?

Begitu Saja

Patah hati lagi ya? Hancur? Oh tidak tidak. Kurasa aku sudah mempersiapkan ini semua. Saat hatiku mulai merasa menemukan tempat ternyaman untuk disinggahi ternyata hati itu telah dimiliki oleh orang lain. Haha! Ini jelas salahku. Kenapa dari awal aku merespon dia? Padahal dengan sangat aku cuman dijadiin pelarian. Tapi, awalnya aku biasa aja. Bahkan sampai sekarang pun aku biasa aja. Cuman, seperti ada bagian yang hilang. Karena kita sama sama saling membutuhkan teman disini. Benar bukan? Kamu butuh teman untuk kamu ajak kesana kesini. Begitupun aku. Aku juga membutuhkan teman untuk curhat. Dan dari sinilah, letak salahku. Aku lupa, kalau kamu hanya menganggapku teman. Teman main. Bukan teman hidup. Jadi saat kamu pergi begitu saja. Aku terlalu kalut. Sehingga aku belum mempersiapkan hatiku jika patah untuk kesekian kalinya. Lagi pula, berkat kamu juga aku sudah bisa menghilangkan traumaku. Bahwa semua yang pergi, akan tetap pergi. Benar bukan? Aku sudah merasa kehilangan kamu sejak aku mengantarmu pergi ke bandara. Rasanya benar-benar de javu. Melihat kamu pergi, lalu aku balik badan dan seperti ada bagian yang patah dalam hatiku. Setelah itu, aku tau. Bahwa aku memang selalu kalah. Kalah melawan keadaan 😊 teruntuk kamu. 
Terima kasih sudah memberiku kesempatan untuk mengenalmu.

Jumat, 14 Juli 2017

Perihal Rasa

Perihal rasa yang tak sempat terucap padamu. Aku mohon maaf. Bukannya aku tak mampu, namun waktu yang tak mengijinkan kita. Terimakasih telah memberiku kesempatan untuk mengenalmu. Walaupun sebenarnya aku ingin lebih dari hanya mengenalmu. Ini bukan inginku apalagi inginmu. Ya! Waktu saja yang tak merestui kita untuk saling mengungkapkan. Aku tau. Sejak awal memang kalah. 
Aku kalah dengan waktu.

Kamis, 06 Juli 2017

Di sudut kota

Disudut kota ini. Lagi dan lagi aku merindu dirimu. Suara kereta mengalun perlahan pergi menjauh. Aku benci ketika malam tiba. Karena saat itu satu persatu kenangan menghampiriku. Kamu dengan semua yang pernah kita lalui bersama. Masih ingatkah? Obrolan kita disalah satu warung makan 

“aku gamau habisin, takut gendut. Kamu yang abisin ya, takut mubazir.” 

Lalu kamu dengan senyum manismu mengiyakan. Padahal aku tau, kamu paling gabisa makan makanan pedes. Hahaha. Lucu ya? Katanya jika seseorang sedang jatuh cinta dia akan melakukan apa saja untuk yang dicintai. 

Apa benar dulu kau pernah mencintaiku? 

Lalu kenapa kamu pergi?




Yogyakarta, 3 july 2017
 - Dari ku yang masih menyimpan semua kenangan itu -