Aku benci, ketika
bangun di pagi hari dan harus menyadari bahwa aku sedang patah hati.
Mengetahui tidak
ada kamu lagi dalam hari, aku harus mendekam dalam sunyi.
Aku benci, ketika
bangun di pagi hari, badanku terasa berat untuk bangkit.
Mengetahui hanya
hari-hari hampa yang akan aku lalui, sendiri.
Aku benci, ketika
bangun di pagi hari, mataku terlalu lama menerawang langit-langit, dari sela jendela
mentari sudah menyinari, angin mentertawaiku.
Mereka membawamu, dalam
rupa kenangan.
Aku benci, ketika
bangun di pagi hari, aku masih saja mencarimu, aku masih saja mendambamu, aku
masih saja membutuhkanmu, untuk mengatakan bahwa kamu disini bersamaku, dan tak
akan kemana-mana.
Aku benci, ketika
bangun di pagi hari, nyatanya debar ini masih melantukan namamu, kamu masih tidur
dalam aliran darah, kamu masih saja disini, di dalam sini.
Tak padam, tak
mati, hanya pergi.
Tapi, entah kapan
akan kembali.
Aku benci, ketika
bangun di pagi hari.
Katakanlah kamu
akan pulang besok, kamu hanya jalan-jalan, singgah kesana dan kemari.
Katakanlah, bahwa
hanya aku.
Tolong, pulanglah.