Jumat, 22 September 2017

Lost Stars

“kamu gatau rasanya kehilangan bel”

“kamu gatau rasanya hidup sendiri, terus pulang cuman mau liat ibu kamu”

“aku tau mesti dia hancur banget”

Bukannya aku tak tau pedihnya kehilangan orang yang sangat berharga.
Berkali kali aku memang sudah pernah merasakan.
Namun, kehilangan kali ini aku memang belum pernah merasakan.
Dan aku tau dia sangat kacau, bahkan remuk.

Kehilangan kekasih bisa dicari lagi, namun kehilangan kasih sayang dari orang tua? Mau cari kemana?



Kamu ga sendirian,
Semangat Azzahra! 

Sabtu, 16 September 2017

Waktu

Apa yang kamu lakukan setelah patah hati?
Kamu tak akan bisa begitu saja pergi.
Kamu masih akan mengingat apa saja yang pernah kalian lewati pada banyak hari.
Kamu akan mulai kehilangan kebiasaan yang sering kalian lakukan bersama pada banyak waktu.
Kamu akan mulai rindu.


Tak akan ada lagi sapaan atau hanya obolan ringan.
Kalian akan menjadi seakan tak mengenal lagi seperti pada awal pertemuan.
Kamu sebenarnya ingin sekali lagi menanyakan kabarnya.
Mungkin kamu juga akan sengaja mendengar lagu-lagu pilu, menangisi keadaan dan merasa kosong pada hatimu.


Atau kamu masih akan sering membicarakan dirinya dengan teman-teman.
Hanya untuk menekan rindu yang sendirian.
Atau kamu akan memilih menyibukkan diri agar tak banyak celah dirinya kembali masuk dalam pikiranmu.


Tapi sungguh, soal pasaan, tak akan ada yang bisa memaksa.
Cinta tak akan bisa berhenti begitu saja.
Sebab semakin keras kamu berusaha melupa, ia akan semakin mengerak di kepala.
Yang kamu butuhkan hanya berdamai dengan waktu, maafkan lalu tetap berjalanlah pelan-pelan.

Aku Benci

Aku benci, ketika bangun di pagi hari dan harus menyadari bahwa aku sedang patah hati.
Mengetahui tidak ada kamu lagi dalam hari, aku harus mendekam dalam sunyi.


Aku benci, ketika bangun di pagi hari, badanku terasa berat untuk bangkit.
Mengetahui hanya hari-hari hampa yang akan aku lalui, sendiri.


Aku benci, ketika bangun di pagi hari, mataku terlalu lama menerawang langit-langit, dari sela jendela mentari sudah menyinari, angin mentertawaiku.
Mereka membawamu, dalam rupa kenangan.


Aku benci, ketika bangun di pagi hari, aku masih saja mencarimu, aku masih saja mendambamu, aku masih saja membutuhkanmu, untuk mengatakan bahwa kamu disini bersamaku, dan tak akan kemana-mana.


Aku benci, ketika bangun di pagi hari, nyatanya debar ini masih melantukan namamu, kamu masih tidur dalam aliran darah, kamu masih saja disini, di dalam sini.
Tak padam, tak mati, hanya pergi.
Tapi, entah kapan akan kembali.


Aku benci, ketika bangun di pagi hari.
Katakanlah kamu akan pulang besok, kamu hanya jalan-jalan, singgah kesana dan kemari.
Katakanlah, bahwa hanya aku.
Tolong, pulanglah.

Aku Bukan Pilihan

Dia masih mencintaimu, saat bertemu denganku, kalian mungkin hanya sedikit bosan dengan keadaan.
Tapi sebenarnya kalian masih saling mencintai.


Dan aku hanyalah seseorang yang kebetulan hadir diantara cerita kalian.
Sungguh, aku tak ingin merebutnya darimu.


Kamu, seseorang yang sangat beruntung memilikinya.
Kamu yang dia banggakan di depan teman-temannya.
Sedangkan aku, hanya teman saat dia merasa sedikit kesepian karena kalian sedikit membuat jeda


Aku yakin setelah ini, kalian akan bersama lagi.
Dan memang sudah bersama kembali.
Sebab cinta itu masih terlihat dimatanya, untukmu.
Dan jika saat itu tiba, aku bisa yakinkan, tak akan ada lagi diriku dalam cerita kamu dan dia.


Aku tahu diri.
Kali ini aku memilih pergi.
Sebab kita berbeda,
Aku hanyalah selingan, sedang kamu adalah pilihan.

Minggu, 10 September 2017

Tempat Istimewa

Ada tempat-tempat istimewa yang tanpa kau sadari memiliki tombol pemutar waktu otomatis.
Dimana ketika kau kunjungi tempat itu, seketika ia memutar kembali adegan dari masa yang lalu.


Pada akhirnya aku mengerti

Pada akhirnya aku mengerti,
Bahwa selalu ada hati yang patah
Untuk kisah yang pernah indah

Pada akhirnya aku mengerti,
Bahwa selalu ada harap yang sirna
Untuk air mata yang jatuh sia-sia

Pada akhirnya aku mengerti,
Bahwa selalu ada rindu yang gugur
Untuk setiap doa yang perlahan mundur

Pada akhirnya aku mengerti,
Bahwa selalu ada luka yang datang
Untuk setiap cinta yang akhirnya hilang

Senin, 04 September 2017

terjebak nostalgia

Aku lupa, apa yang membuat kita kini bisa berkomunikasi kembali.

Yang aku ingat, akhir-akhir ini layar ponselku sering menyala karena ada notif line dari kamu. Semenjak hubunganku dengannya berakhir aku jarang memperhatikan kalau ada line masuk. Haha! Karena bagiku, pesan darinya masih yang aku tunggu muncul di notifikasi layar ponselku. Hahaha. Lucu deh. Memangnya untuk apa dia menghubungiku? Sudahlah tak usah dibahas lagi.

Malam itu...

1 pesan line diterima.

“mau telpon ngga?”

Aku membalas pesanmu “emang udah selo?”

“banget” kamu membalasnya dengan cepat.

“mau” balasku tak kalah cepat.

Lalu detik berikutnya lagu believer kesukaanku pun terdengar. Tanda ada panggilan masuk, dari kamu. Ah aku suka! Kamu selalu tau bagaimana caranya membuatku tertawa lagi setelah kehilangan.

“hallo” kataku.

Lalu terdengar suara di seberang sana yang selama ini aku rindukan. Heuehe. Aku tau, aku dengar dari suaramu. Kamu sangat lelah menjalani kegiatan hari itu. Padahal kamu sudah berjanji libur idul adha akan menemuiku di Yogyakarta. Kita akan berlibur bersama. Tapi ternyata jadwalmu sangat padat. Huh! Tapi tak apa. Aku bisa memakluminya. 

Kamu memang masa lalu bagiku, tapi entah lah rasanya secuil rasa itu tetap ada meskipun samar-samar kurasakan. Terima kasih telah menjadi pelipur laraku!

h3h3

Hari ini, Senin 4 September 2017 seharusnya aku kuliah di kampus baru. Hahaha! Tapi siapa yang mengharuskan? Orang takdir menyuruhku untuk tetap tinggal di kota gudeg ini. Aku bisa apa? Aku tidak memiliki kendali terhadap takdir 😊

aku berhenti

Aku sudah berhenti menuliskan kamu sebagai tokoh utamaku. Lantas aku harus bagaimana sekarang? Untuk apa aku menulis lagi?
Ah tidak.


Sabtu, 02 September 2017

Aksara Lara

Pernah kuceritakan pada langit malam
Yang gelapnya mencerminkan hatiku
Tentang kekalutan yang kurasa
Penatnya jiwa karena merindumu


Pernah kuceritakan pada hujan
Yang tiap tetes airnya menyembunyikan tangisku
Tentang luka dan lara yang tersimpan
Karena mendambamu


Pernah ku minta pada bulan
Untuk pendarkan cahayanya ke dalam hatiku
Agar aku dapat memilin harapan
Hingga ke angkasa, untuk memilikimu


Pernah pula kuceritakan pada ombak
Yang selalu kembali ke bibir pantai
Meskipun sudah jauh mengembara dalam luasnya samudera
Tentang rasa cinta yang tak berbalas